Tembilahan, detikriau.org – Mengamuknya “Bonita” harimau pemangsa manusia di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir munculkan berbagai cerita.
Kabar dari mulut kemulut yang tidak jelas sumbernya menceritakan, ikhwal mengamuknya si raja rimba berlatarbelakang perlakuan manusia yang menyebabkan kematian anak bonita. Anak harimau itu katanya tertangkap warga dan dimasak untuk dikonsumsi.
Kisahnya, si anak harimau tanpa sengaja tertimpa kayu saat seorang warga asal luar daerah Kecamatan pelangiran menebang pohon. Kemudian dimasak dan dikonsumsi.
“kabarnya memang seperti itu bang. Makanya korban bonita, keduanya bukan warga asli pelangiran. Semua warga pendatang. Sepertinya bonita membalas sakit hati atas kematian anaknya,” cerita salah seorang warga Ibukota Kabupaten Indragiri Hilir, Tembilahan yang mengaku mendapat cerita itu dari salah seorang warga Pelangiran dalam sebuah perbincangan dengan detikriau.org, (15/3/2018)
Lainnya, disebuah akun facebook, kabar burung kematian anak harimau itu pun dipaparkan. Ditulis pemilik akun yang mengaku warga yang tinggal di PT THIP yang berjarak sekitar 9 KM dari estate, sebelum kematian korban pertama, ada beberapa orang yang memasak seekor anak harimau. Namun dalam cerita ini, anak harimau tertangkap karena tidak sengaja terjerat, bukan tertimpa pohon.
“Saya tinggal di PT THIP dan jarak dari estate sekitar 9 KM dari tempat kejadian. Semoga Allah memberikan keselamatan bagi kita semua yang tinggal di seputaran THIP. Menurut korban yang selamat ketika terjadi penyerangan pertama (alm ibu Jumiati) memang benar, ada beberapa orang yang memasak harimau yang tak sengaja terjerat. Dan dilihat dari habitatnya pun sekarang sudah alih fungsi dari hutan menjadi kawasan perkebunan sawit sehingga kawasan hutan semakin sempit, ekosistem dan rantai makanan pun terganggu.”
Terkait isu itu, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono dikutip melalui detikcom, mengaku jika cerita dari mulut-kemulut itu menyebar di tengah masyarakat.
“Kabar-kabar seperti itu memang menyebar di tengah masyarakat. Tapi kami juga tidak bisa memastikan hal itu,” kata Suharyono, Jumat (16/3/2018)./ red
Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan detikriau.org dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. detikriau.org berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.